Senin, 11 Juni 2012

Laporan Hasil Observasi di "Gunung Kawi"





LAPORAN METODE PENELITIAN KUALITATIF
Kepercayaan Membawa Sesajen Berupa Bunga Dan Kemenyan Akan Mempercepat Terkabulnya Doa Bagi Peziarah Gunung Kawi




                                     Dosen Pengampu : Intan Rahmawati S.psi, M.psi.


Oleh : Vonny Syafira Hariyanto (105120307111011)


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012





BAB I
PENDAHULUAN

1.                  LATAR BELAKANG
Persoalan hidup manusia sangatlah kompleks. Kekomplekan tersebut juga menyangkut keyakinan terhadap sesuatu yang dapat memberikan pengaruh kepadanya. Dilatarbelakangi oleh keadaan, kesulitan hidup mendorong manusia untuk membuat pola keagamaan yang dipercaya dapat memecahkan problematikan kehidupannya. Misalnya saja pada peziarah gunung kawi. Dalam kehidupannya yang dirasa sulit, mereka lebih senang untuk mencari berkah dari makam gunung kawi. dengan membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan mereka berbondong-bondong mendatangi pesarean gunung kawi untuk berdoa dan mencari rejeki.
Sampai saat ini ritual membawa sesajen bunga dan kemenyan saat berdoa dalam area makam masih berlangsung dengan sangat kuatnya. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Arti Penting Sesajen Berupa Bunga Dan Kemenyan Bagi Para Peziarah Gunung Kawi”

2.                  RUMUSAN MASALAH
Apakah menurut para peziarah saat memasuki makam membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan akan membawa kesuksesan besar?

3.                  TUJUAN
Mengungkap dasar pemikiran peziarah mengenai anggapan membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan saat berziarah akan membawa kesuksesan.



BAB II
1.      KAJIAN PUSTAKA

1.1. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis benar. suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. 
Karena kepercayaan/keyakinan merupakan suatu sikap, maka kepercayaan/keyakinan seseorang tidak selalu benar -- atau, kepercayaan/keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Sama halnya dengan keyakinan, kepercayaan juga tidak selamanya benar. Tergantung dari individunya. Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru.
Jadi dalam sebuah proses belajar, memerlukan beberapa keyakinan atau kepercayaan. Kepercayaan dan keyakinan timbul dari sisi kognitif seseorang, dimana ia mampu berfikir dan bertindak secara optimal. salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi.
Seperti dalam teori belajar Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif (self eficacy) berupa ekspektasi/ penerimaan individu  untuk meraih keberhasilan atau tujuannya, faktor sosial mencakup pengamatan individu terhadap perilaku orang yang dianggapnya pantas untuk dianut. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif sosial. Menurut Bandura ketika seorang individu belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif seperti menimbulkan kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu hal.

1.2. Sesajen Bunga Dan Kemenyan
Untuk dapat memperoleh kekayaan, berkah, dan lain sebagainya seseorang harus melakukan ritual tertentu. Ritual merupakan tata cara atau system yang harus dilakukan dalam melakukan pemujaan kepada roh-roh. Ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa juga sangat kental dengan pemujaan kepada roh-roh. Dalam ritual tersebut seseorang harus menyajikan sesajen (sajian) misalnya bunga, kemenyan, makanan, daging ayam, dan sayur tertentu.
Banyak kaum muslimin berkeyakinan bahwa acara tersebut merupakan hal biasa bahkan dianggap sebagai bagian daripada kegiatan keagamaan. Sehingga diyakini pula apabila suatu tempat atau benda keramat yang biasa diberi sesaji lalu pada suatu pada saat tidak diberi sesaji maka orang yang tidak memberikan sesaji maka kehendaknya atau doanya akan sulit dikabulkan.


           Sesajen yang umumnya dibawa oleh para peziarah gunung kawi adalah berupa bunga dan kemenyan, yang kemudian di berikan kepada abdi dalem untuk ditabur diatas makam. Sesajen merupakan anggapan bahwa bunga wangi tersebut disajikan kepada roh yang berkuasa di tempat tersebut. Sedangkan dengan membakar kemenyan diyakini dapat memanggil roh yang dituju.
Pandangan masyarakat tentang sesajen yang terjadi di sekitar masyarakat, khususnya yang terjadi didalam masyarakat yang masih mengandung adat istiadat yang sangat kental. sesajen mengandung arti pemberian sesajian-sesajian sebagai tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat sesuai bisikan ghaib yang berasal dari paranormal atau tetuah-tetuah.
Sesajen merupakan warisan budaya Hindu dan Budha yang biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, makam, persimpangan) dan lain-lain yang mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan. Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat yang masih mempercayainya, tujuan dari pemberian sesajen ini untuk mencari berkah. Pemberian sesajen ini biasanya dilakukan ditempat-tempat yang dianggap keramat dan mempunyai nilai magis yang tinggi.
Prosesi ini terjadi sudah sangat lama, bisa dikatakan sudah berasal dari nenek moyang kita yang mempercayai adanya pemikiran – pemikiran yang religious. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat guna mencapai sesuatu keinginan atau terkabulnya sesuatu yang bersifat duniawi.
Saat ini orang beranggapan bahwa menyajikan sesajen adalah suatu kemusyrikan. Tapi sebenarnya ada suatu simbol atau siloka di dalam sesajen yang harus kita pelajari. Siloka, adalah penyampaian dalam bentuk pengandaian atau gambaran yang berbeda (aphorisma). Kearifan lokal yang disimbolkan dalam sesajen perlu dipelajari bukan disalahkan karena itu adalah kearifan budaya lokal yang diturunkan oleh leluhur kita.

1.3. Doa
Doa adalah permintaan dan permohonan kita kepada Tuhan. Doa merupakan nafas hidup bagi orang percaya. Doa bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah kebutuhan yang sangat primer bagi hidup orang percaya.
Berdoa bukan hanya mencari pertolongan. 
Berdoa merupakan bukti ketergantungan kita kepada tuhan.
Sebagaimana kita harus bernafas untuk tetap hidup, demikian juga kita harus berdoa untuk kehidupan rohani kita.

1.4. Peziarah
Peziarah adalah orang yang sedang mengunjungi makam. Salah satu hal yang sangat memprihatinkan dari mereka adalah berprasangka buruk terhadap saudara-saudara muslim kita yang melaksanakan ziarah kubur para Wali Songo atau orang-orang sholeh lainnya seperti eyang Djugo ini. Mereka langsung menghakiminya sebagai para penyembah kubur dengan sebutan Kuburiyyun.
Dalam kasus ini peziarah kubur berdoa ke orang mati, dengan maksud semoga orang mati itu “menyampaikan” doa tersebut kepada Allah. Mereka tidak memahami dengan apa yang dinamakan berdoa dengan tawasul atau bertawasul. Mereka berkeyakinan bahwa orang yang ditawasulkanlah yang memberi manfat kepada yang bertawasul

1.5. Kepercayaan Membawa Sesajen Berupa Bunga Dan Kemenyan Akan Membuat Doa Terkabul Bagi Peziarah Makam Gn.Kawi
Makam Mbah Djogo salah satu tempat yang bersejarah dan ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah maupun dari mancanegara. Makam Mbah Djogo di pesarean, Gunung Kawi Malang khusus pada malam Jum’at Legi paling ramai dikunjungi para peziarah. Para peziarah yang datang mencapai puncaknya setiap tanggal 12 muharam, karena bersamaan dengan diadakannya acara Tahlilan Akbar.
Selama ini orang mengenal Gunung Kawi sebagai tempat keramat yang cocok untuk menjalankan ritual yang berhubungan dengan masalah rezeki maupun usaha dan perdagangan. Sehingga tak heran kalau kebanyakan peziarah yang datang didominasi oleh para warga keturunan. Setiap hari banyak peziarah yang datang sampai antrian panjang.
Hal ini tidak menyurutkan minat para peziarah yang sebenarnya ingin meraup kesuksesan yang besar. Dengan membawa sesajen berupa bunga tujuh rupa dan kemenyan mereka mengantri dengan antusiasnya, namun saat ini membawa kemenyan dan bunga adalah hal wajib dibawa oleh peziarah. Anggapan seperti inilah yang kini menjadi kontroversi di kalangan orang awam.
Tingkah laku yang dialami oleh para peziarah gunung kawi merupakan proses belajar dan pola perilaku modeling.



BAB III

METODE PENELITIAN

1.                  Desain Penelitian
Sesuai dengan judul yang telah saya angkat, dalam penelitian ini saya menggunakan penelitian kualitatif observasi. Pada judul ini terdapat hubungan sebab-akibat yang relevan. Serta menggunakan variabel bebas aktif yaitu memilih responden secara bebas. Alasan saya mengapa memilih jenis penelitian ini karena bagi saya penelitian jenis ini sangat mudah dikumpulkan, mengingat masalah ini sangat fenomenal.

2.                  Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, saya memfokuskan penelitian saya pada tingkah laku para peziarah yang datang mengunjungi makam mbah Djugo Gunung Kawi untuk berdoa memohon sesuatu. Lebih spesifiknya pola tingkah laku peziarah itu berupa kebiasaan mereka yang membawa sajen dan kemenyan saat memasuki makam yang dipercayai dapat dengan mudah mengabulkan doa mereka.

3.                  Subyek Penelitian
Subyek penelitian saya adalah para peziarah makam Mbah Djugo Gunung Kawi. Baik itu laki-laki maupun perempuan yang dari berbagai etnis.
4.                  Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih adalah di dalam pendopo Gunung Kawi yang tidak jauh dari pintu gerbang Makam. Didalam Pendopo terdapat makam Mbah Djugo yang selalu ramai didatangi peziarah untuk meminta doa. Disitulah lokasi yang saya pilih untuk penelitian saya.

5.                  Teknik Pengumpulan Data

5.1.      Observasi, saya menggunakan teknik pengumpulan data observasi. Dengan mengobservasi para peziarah Gn.Kawi.
5.2.      Wawancara, dalam rangka pengumpulan data dan menggali informasi sedalam-dalamnya, saya telah mewawancarai beberapa subyek dan informan.
5.3.      Dokumentasi, menambahkan data pendukung seperti foto.

6.      Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, saya menggunakan teknik analisis data Axial Coding.

7.                  Keabsahan Data
Untuk keabsahan data yang saya olah, saya menggunakan tabel validitas dan reliabilitas.



BAB IV
PEMBAHASAN

1.                  DATA YANG DIPEROLEH DARI OBSERVASI
Ketika pertama kali saya memasuki pendopo pesarean Mbah Djugo, saya mendapati peristiwa unik yang menjadikan inspirasi penelitian saya muncul. Pada awalnya saya masuk ruangan pendopo saya tidak membawa apa-apa kecuali barang berharga saya seperti ponsel dan beberapa uang di saku. Dengan pe-denya saya melangkah masuk dan ikut mengantri untuk dapat menuju makam, sepintas tidak ada yang aneh, namun orang-orang dengan terheran herannya menatap saya. Ternyata dikarenakan saya ikut mengantri dengan tidak membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan. Setelah itu saya bertanya kepada bapak-bapak setengah baya yang menggunakan jaket kulit dan peci hitam. Bertanya mengenai wajibnya membawa sesajen saat mendatangi tempat ini. Dan si bapak menjawab bahwa hal itu sangat penting, mengingat kita berziarah ke mbah Djugo ini adalah tujuannya untuk berdoa meminta sesuatu, dan agar doa terkabul suguhannya adalah sesajen tersebut. Saya berpikir sejenak mengenai bagaimana hal tersebut dapat terjadi dan mengapa kebiasaan ini sudah sangat melekat pada peziarah.
Kemudian saya kembali bertanya kepada seorang lelaki muda yang terlihat sedang berdoa dengan khidmatnya, saya kembali bertanya mengenai mengapa sesajen begitu diwajibkan oleh para peziarah, singkat cerita ia menjawab bahwa itu sudah merupakan peraturan jika doa nya ingin afdol dan mudah terkabul.
Setelah saya googling dan mencari informasi dari berbagai sumber, ternyata membawa sesajen berupa bunga dan menyan saat memasuki makam Gunung Kawi bukanlah suatu kewajiban yang mutlak harus dipenuhi oleh para peziarah. Seiring dengan berjalannya waktu hal tersebut telah menjadi kepercayaan bagi para peziarah yang datang. Mereka menganggap bahwa dengan membawa sesajen berupa bunga dan menyan saat memasuki makam maka doa mereka akan segera terkabul. Tidak sedikit pula peziarah  merasa lega ketika mereka membawa sesajen bunga besar, karena mereka percaya bahwa sesajen bunga yang besar akan membuat doa besarnya mudah terkabul.
Ada beberapa penduduk sekitar makam Gunung Kawi malah mengatakan bahwa membawa sesajen bunga dan menyan saat memasuki makam bukanlah hal yang wajib dilakukan oleh para peziarah agar doanya mudah terkabulkan. Budaya tersebut sudah sangat disalah artikan oleh para peziarah. Tidak sedikit orang mengetahui makna dari sesajen itu sendiri, hal itu akan wajar dilakukan jika hanya dibawa untuk waktu-waktu tertentu saja, misalnya di hari-hari tertentu. Namun pada kali ini peziarah membawa sesajen berupa bunga dan menyan dengan alasan agar doa mereka cepat terkabulkan.
Peziarah yang banyak datang untuk berziarah biasanya dari etnis cina dan etnis jawa. Hampir dari 98% peziarah yang datang dari berbagai kota ini mendatangi makam mbah Djugo dengan membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan dengan berbagai macam variasi ukuran.
Besar kecilnya ukuran sesajen tergantung dengan doa yang akan dipanjatkan. Biasanya kebanyakan etnis cina yang mendatangi makam membawa sesajen yang besar ukurannya, itu dikarenakan doa mereka juga relatif besar pula. Untuk sesajen yang dibawa etnis cina ini biasanya berupa kemenyan dan bunga tujuh rupa yang disusun rapih diatas nampan kayu. Berbeda dengan kebanyakan etnis jawa, etnis ini membawa sesajen dengan ukuran yang relatif kecil, berupa bunga tujuh rupa yang dibungkus daun pisang serta kemenyan yang diletakkan di atasnya.

2.                  ANALISIS DATA
Dalam analisis data ini saya akan menganalisis pola perilaku dan pola belajar dari peziarah yang membawa sesajen saat mendatangi makam. Mayoritas peziarah Gunung Kawi saat akan berdoa di makam Mbah Djugo selalu membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan. Para peziarah ternyata percaya bahwa ketika mereka membawa sesajen saat memasuki area makam dan kemudian mereka berdoa, maka doa mereka pasti akan cepat terkabul. Padahal menurut warga sekitar kepercayaan itu sedah disalah artikan. Kepercayaan peziarah inilah yang membuat saya ingin mengkorelasikannya dengan teori belajar dari Bandura.
Dalam model pembelajaran Bandura, terdapat faktor kognitif yang memainkan peranan penting. Faktor kognitif yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Seperti yang telah dilakukan oleh para peziarah makam yang selalu membawa bunga agar doanya mudah terkabul, mereka telah yakin bahwa dirinya akan sukses di berbagai bidang kehidupannya dengan cara membawa sajen saat berdoa di makam.
Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Pada buktinya tradisi dan anggapan membawa bunga akan mempermudah pengabulan doa oleh para peziarah tidak pernah surut sejak dulu, peziarah yang datang malah semakin banyak, itu berarti setiap peziarah percaya dan yakin dengan hal itu walaupun misal dia tidak berhasil/ sukses sekalipun, dia akan mengulang hal yang sama dan sampai ia mencapai keberhasilannya. Karena hal itu sudah merupakan keyakinan para peziarah.
Perilaku para peziarah juga bisa dikarenakan faktor peniruan dari kepercayaan orang-orang terdahulu. Hal tersebut bisa dibilang sudah menjadi tradisi. Pola perilaku peniruan peziarah terjadi karena peziarah merasa telah memperoleh tambahan ketika dia meniru orang lain, yaitu orang lain sudah sukses ketika membawa  sesajen saat ke makam, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Hukumannya berupa doanya sulit terkabul. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian.
Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
1.                  Perhatian (’Attention’). Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Jadi untuk peniruan para peziarah saling memperhatikan satu sama lain untuk hasil maksimal.menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
2.                  Mengingat (’Retention’). Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan peziarah melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3.                  Reproduksi gerak (’Reproduction’). Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, peziarah setiap kali datang selalu membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan dalam berbagai bentuk sesuai dengan doa yang dipanjatkan.
4.                  Motivasi. Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan


BAB V
PENUTUP

1.                  KESIMPULAN

Peziarah yang banyak datang untuk berziarah biasanya dari etnis cina dan etnis jawa. Hampir dari 98% peziarah yang datang dari berbagai kota ini mendatangi makam mbah Djugo dengan membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan dengan berbagai macam variasi ukuran dengan tujuan agar doanya terkabul.
Ternyata membawa sesajen berupa bunga dan menyan saat memasuki makam Gunung Kawi bukanlah suatu kewajiban yang mutlak harus dipenuhi oleh para peziarah. Seiring dengan berjalannya waktu hal tersebut telah menjadi kepercayaan bagi para peziarah yang datang. Mereka menganggap bahwa dengan membawa sesajen berupa bunga dan menyan saat memasuki makam maka doa mereka akan segera terkabul. Tidak sedikit pula peziarah  merasa lega ketika mereka membawa sesajen bunga besar, karena mereka percaya bahwa sesajen bunga yang besar akan membuat doa besarnya mudah terkabul.
Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Pada buktinya tradisi dan anggapan membawa bunga akan mempermudah pengabulan doa oleh para peziarah tidak pernah surut sejak dulu, peziarah yang datang malah semakin banyak, itu berarti setiap peziarah percaya dan yakin dengan hal itu walaupun misal dia tidak berhasil/ sukses sekalipun, dia akan mengulang hal yang sama dan sampai ia mencapai keberhasilannya. Karena hal itu sudah merupakan keyakinan para peziarah.

2.                  SARAN

Untuk melakukan pemodelan sebaiknya kita mempelajari terlebih dahulu siapa yang akan kita tiru, baik buruknya juga harus kita pertimbangkan dengan nalar pikiran yang rasional, agar tidak terjadi kesalahan dalam bertingkahlaku hasil dari modelling


3.                  DAFTAR PUSTAKA

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal Dan Laporan Penelitian, Malang: UMM Press. Hal 14-16
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.5
Arie Asnaldi, 2005. Teori -Teori belajar.

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali

B.F. Skinner and radical behaviorism, Ali, Muh. 1978. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud

John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta.

Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and TeacTeori Belajar Behavioristik Mukminan. 1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP..

Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta








LAMPIRAN

  
QUALITATIVE RESEARCH PLAN WORKSHEET
Title :
Kepercayaan Membawa Sesajen Berupa Bunga Dan Kemenyan Akan Mempercepat Terkabulnya Doa Bagi Peziarah Gunung Kawi

1.                  Facts
a)                  Write the unique things

-                      Saya melihat hampir semua pengunjung makam gunung kawi membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan.
-                      Setelah membawa sesajen ditangannya, para peziarah berdoa dengan khusyuk (sampai mengernyitkan dahi dan menutup mata)
-                      Banyak etnis tionghoa yang datang dengan membawa sesajen besar, dan etnis jawa membawa sesajen kecil dibungkus daun pisang.
-                      Pendopo penud sesak, banyak yang antri dengan membawa sesajen.
-                      Ada yang membawa pesangon dengan berbagai macam nominal.



b)                  Write the problem

-                      Ketika memasuki makam saya tidak membawa sesajen
-                      Banyak orang menatap dengan penuh keheranan
-                      Saya diberi sesajen oleh salah satu ngunjung makam
-                      Ada orang yang berkomentar mengenai saya yang tidak membawa sesajen
-                      Ada yang menyuruh saya berdoa dengan khusyuk



c)                   Write the research question

-                      Apakah membawa sesajen merupakan suatu kewajiban bagi para peziarah?
-                      Apakah menurut para peziarah saat memasuki makam membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan akan membawa kesuksesan besar?









2.                  Methods Procedure
Observation


Dalam penelitian kualitatif ini, menggunakan metode observasi  partisipan total, dimana peneliti ikut turun langsung ke lapangan, dan mengikutu serangkaian ritual yang dilakukan observee. Dimaksudkan agar mendapatkan data yang lebih valid.


Point of Interview (Attach the transcript)

-                      Para peziarah selalu datang membawa sesajen berupa bunga tujuh rupa beserta kemenyan saat akan memasuki makam.
-                      Setelah membawa sesajen, peziarah memegang sesajen dan kemudian berdoa dengan khusyuk



Documentation (Attach the documents)

-                      Foto-foto saat ada di dalam pendopo











VERBATIME
·         Wawancara subyek 1.
Lokasi : Area makam (pendopo)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Perkiraan Usia : 40-50Tahun

A.                  Permisi bapak, mmmm…. Bawa bunga dan kemenyan gitu wajib ya pak?
B.                  Lho ya iya dong mbak, saya kalo kesini selalu siapin bunga mbak. Kembang setitik gak popo seng penting dungo’e yo gak gede-gede (bawa bunga sedikit tidak apa-apa yang penting doanya juga gak terlalu muluk). Mana sajennya mbak? Kok gak bawa?
A.                  Oh.. gitu to pak? Saya baru tahu kalau ingin berdoa yang sederhana kita musti bawa sajen yang sederhana, kalo doa yang besar kita juga bawa sajen yang besar pula ya pak?..saya tidak tahu pak kalo kesini harus bawa sajen, saya pikir berdoa aja sudah afdol.
B.                  Asal mana to mbak? Jauh ya?
A.                  Saya asal malang pak. Gak jauh. Heheee.. Bpk dari mana?
B.                  Wealah mbak deket sini aja kok gak tau. Eman mbak kalo gak bawa bunga. Doanya itu lho.
A.                  Kenapa pak kok eman?
B.                  Ya doanya itu lah mbak, gak mujarab nanti, istilahnya gitu. Hahaa..
A.                  Oh ya pak. Hehee.. nanti kalo dateng kesini lagi saya bawa sajen pak, makasih ya pak atas informasinya.
B.                  Sami-sami mbak e.

·         Wawancara subyek 2
Lokasi : Area Makam (pendopo)
Jenis Kelamin : Laki-laki
  Perkiraan usia : 28-30 Tahun

A.                  Mas.. berdoanya kok khidmat banget? Hehee..
B.                  Eh.. hehee iya mbak, biar doa didengar. Hehee..
A.                  Masnya bawa bunga sama kemenyan ya, aku tadi gak tau mas jadi gak bawa. Menurut mas apa harus ya mas?
B.                  Iya mbak kalo menurutku. Biar doa mbak mudah terkabul mbak. Aku aja sudah buktiin.
A.                  Aduh apa saya harus beli dulu ya di luar?
B.                  Ya jangan mbak. Sayang kalo antriannya harus ditinggal. Ini saya kasi aja mbak satu bungkus.
A.                  Wah makasih ya mas. Makasih banyak. Maaf ngerepotin jadinya.
B.                  Iya mbk sama-sama, lain kali kalo kesini bawa sajen mbak. sudah mbak sekarang berdoa dengan khusyuk. Biar doanya terkabul.
A.                  Makasih ya mas atas bantuannya.

·         Wawancara informan 1
Nama : Gn
Jenis Kelamin : laki-laki
Perkiraan usia : 30-35 Tahun

A.                  Mas aku mau tanya. Bawa sajen sajen berupa kembang sama kemenyan ini sebenernya wajib gak mas? Biar doanya terkabul gitu?
G.         Ya gak lah dek. Ini kan Cuma kebiasaannya peziarah sini. Sebenernya dulu kalo sajen itu Cuma pas hari-hari agung aja. misalnya pas hari jumat legi dek. Malam 12 suro.
A.         Ada gak mas peziarah yang dateng gak bawa sajen trus kena bala?
G.         Apalagi itu. ya gak ada dek. Kalo kesini itu yang penting doanya.
A.         Ya udah deh mas. Makasih ya mas.

·                     Wawancara informan 2
Jenis kelamin : wanita
Perkiraan usia : 48 Tahun
Lokasi : Masjid dekat permukiman warga Gunung Kawi

A.                  Ibu permisi. Ibu asli sini ya bu?
B.                  Ya iya mbak. Mbaknya dari mana? gak kepetilasan mbak?
A.                  Ini bu masih mau sholat dulu. Sebentar lagi saya kesana ini bu..hehe..oh ya bu. Kalo masuk ke pesarean apa harus bawa sajen berupa bunga tujuh rupa dan kemenyan yang katanya dijual diluar gerbang makam?
B.                  Ya ndak to mbak. Itu kan Cuma kepercayaan orang yang ziarah saja. Sebenernya gak ada pengaruhnya kalo saya bilang mbak. Mbaknya langsung aja kesana gak bawa bunga gak papa kok mbak.
A.                  Oh gitu ya buk? Saya soalnya masih belum ngerti. Saya baru pertama kesini bu..hihi yaudah bu saya mau sholat dulu. Makasuh ya bu..
B.                  Iya mbak. Mariii




QUALITATIVE ANALYSIS REPORT
NAME : Vonny Syafira Hariyanto
TITLE   :

OPEN CODING
KATEGORI
PROPERTY
DIMENSI

Sesajen peziarah



Korelasi doa dengan sesajen




Pentingnya sesajen bagi peziarah





-          Bunga
-          Kemenyan


-          Doa besar-sesajen juga besar
-          Doa kecil – sesajen yang dibawa juga kecil

-          Datang membawa bunga dan kemenyan

selalu
selalu


Ya

ya


sangat penting



AXIAL CODING
CAUSAL CONDITION


-          Kebiasaan
-          Tradisi
-          Ikut-ikutan
CENTRAL PHENOMENON


Kepercayaan membawa sesajen akan membuat doa terkabul bagi peziarah gunung kawi
CONSEQUENCES


-          Merasa lega saat membawa sesajen, karena yakin doanya akan terkabul
-          Tidak cemas
STRATEGIES


-          Peziarah membawa sesajen besar, karena permintaan/doanya juga semakin hari semakin besar


CONTEXT


-          Banyak peziarah yang datang selalu membawa sesajen maka doanya terkabul
INTERVENING CONDITION


-          Tidak memiliki cukup uang untuk membeli sesajen yang besar
-          Doanya tetap saja sulit terkabul

SELECTIVE CODING

Peziarah yang banyak datang untuk berziarah biasanya dari etnis cina dan etnis jawa. Hampir dari 98% peziarah yang datang dari berbagai kota ini mendatangi makam mbah Djugo dengan membawa sesajen berupa bunga dan kemenyan dengan berbagai macam variasi ukuran.
Besar kecilnya ukuran sesajen tergantung dengan doa yang akan dipanjatkan. Biasanya kebanyakan etnis cina yang mendatangi makam membawa sesajen yang besar ukurannya, itu dikarenakan doa mereka juga relatif besar pula. Untuk sesajen yang dibawa etnis cina ini biasanya berupa kemenyan dan bunga tujuh rupa yang disusun rapih diatas nampan kayu. Berbeda dengan kebanyakan etnis jawa, etnis ini membawa sesajen dengan ukuran yang relatif kecil, berupa bunga tujuh rupa yang dibungkus daun pisang serta kemenyan yang diletakkan di atasnya.

QUALITATIVE WORKSHEET PLAN II
JENIS VALIDITAS
RINCIAN
Reflective Validity



Mayoritas peziarah selalu membawa sesajen






Ironic Validity

Ketika membawa sesajen doa yang dipanjatkan akan cepat terkabul



Neo-Pragmatic Validity

Compare kasus-teori akan menggunakan teori belajar dari Albert Bandura.




Rhizomatic Validity

Informan:
-          warga sekitar (ibu-ibu)
-          mas Gunawan (guide)



Situated Validity

Ketika saya masuk pendopo banyak yang melihat dengan sinis karena saya tidak membawa sesajen.






JENIS RELIABILITAS
RINCIAN
Quixotic Reliability

Melihat etnis tionghoa membawa sesajen besar akan tetapi tidak berdoa dengan khusyuk.
Diachronic Reliability

Tidak ada sejarah yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah hal mutlak
Synchronic Reliability

Peziarah menganggap Sesajen adalah hal penting bagi peziarah bila ingin doanya segera terkabul.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar